TOTOGELĀ – Menyusul parahnya polusi udara di DKI Jakarta beberapa waktu terakhir, beredar kabar sistem bekerja dari rumah (WFH) bakal diterapkan kembali. Hal ini sebelumnya juga sempat disinggung oleh Presiden RI Joko Widodo, berkenaan dengan intervensi untuk meningkatkan kualitas udara di Jabodetabek.
Menanggapi wacana tersebut, dokter spesialis paru dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), dr Feni Fitriani Taufik, SpP(K), menyebut penerapan WFH mungkin bisa menekan risiko masalah pernapasan pada masyarakat, khususnya yang kini masih harus beraktivitas di luar rumah misalnya untuk melakukan perjalanan ke tempat kerja.
Namun, penerapan WFH bukan untuk sepenuhnya mengatasi masalah polusi sebab ada kemungkinan, polutan udara Jakarta sekarang bukan hanya kendaraan bermotor.
“Tapi kalau untuk mengatasi polusi udara, yang kita atasi bersama-sama. Untuk mengurangi efek polusi udara, mengurangi pajanan kepada masyarakat, ya WFH mungkin bisa jadi pertimbangan,” ujarnya dalam konferensi pers virtual, Jumat (18/8/2023).
Hal senada disampaikan oleh dokter spesialis paru dr Erlang Samoedro, SpP(K). Disorotinya, sektor transportasi hanya menyumbang 40 persen polutan udara. Artinya, pun sistem WFH diterapkan secara ekstrem, masalah polusi yang terselesaikan hanya sekitar 40 persen.
“Kalau nggak ada semua orang nggak bekerja dari rumah karena sektor transportasinya nggak ada, itu menurunkan hanya 40 persen. 30 persen masih ada industri, kemudian aktivitas dari masyarakat. Jadi mungkin satu-satunya kita WFH, menyelesaikan masalah dari polusi udara,” bebernya.
“Mungkin kalau ada WFH ya dia akan mengurangi tapi nggak sampai drastis. Nggak nyampe ideal sekali. Tetap ada polusi udara. Kalau sudah ekstrem sekali saja menurunkan hanya 40 persen,” pungkas dr Erlang.